728x90 AdSpace

Update
Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 11 September 2015

Mengenal Golden Age pada Anak usia Dini





USIA EMAS Bagian 1

 kali ini kita akan coba membahas Istilah golden age (masa emas), atau fase tumbuh kembang otak anak digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas, otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada usia 4 tahun, 80% telah terjadi pada usia 8 tahun, dan mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004). Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Masa “Golden Age Period”

 pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisasi disfungsi tumbuh kembang anak sehingga mencegah terjadinya disfungsi permanen.

 Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan sosial. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh kita para orang tua. Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).  Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

 Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak

 Pertumbuhan otak pada usia dini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sesudah lahir, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan sel syaraf dan cabang-cabangnya dalam membentuk sambungan antar sel syaraf. Melalui persaingan alami, sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami kematian. Pemantapan sambungan terjadi apabila sel syaraf mendapat informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik hingga membentuk sambungan-sambungan sel syaraf baru. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.

 Stimulasi yang diberikan sejak dini akan mempengaruhi perkembangan otak. Otak akan semakin berkembang apabila stimulasi yang diberikan semakin banyak. Anak perlu mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak dan selalu mendapatkan stimulasi psikososial. Stimulasi sosial secara mudah daapt diberikan dengan cara sentuhan dan mengajak anak bermain. Apabila hal tersebut tidak diperoleh anak, maka anak dapat mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Contoh penyimpangan perilaku adalah hilangnya citra diri, rendah diri, penakut, tidak mandiri atau sebaliknya anak menjadi agresif dan tidak mempunyai rasa malu.

Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak

 Stimulasi sangat membantu dalam menstimulasi otak untuk menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan dalam perkembangannya. Stimulasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk yang sederhana dan mudah untuk dilakukan.

 Stimulasi tersebut dapat berupa kehangatan dan cinta tulus yang diberikan orang tua. Selain itu, orang tua dapat memberikan pengalaman langsung dengan menggunakan panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman). Interaksi anak dan orang tua melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, dan mendengarkan dengan penuh perhatian juga merupakan bentuk stimulasi secara dini. Ketika anak yang belum dapat berbicara mengoceh, ocehan itu perlu mendapatkan tanggapan sebagai bentuk stimulasi kemampuan bicara anak. Sejak dini orang tua semestinya mengajak bercakap-cakap dengan suara lembut dan memberikan rasa aman kepada anak.

 Ketika dilahirkan, otak anak sudah mempunyai sel syaraf yang bermilyaran jumlahnya, namun jumlah itu banyak yang hilang seteah dilahirkan. Ketika otak mendapatkan suatu stimulus yang baru, maka otak akan mempelajari sesuatu yang baru. Stimulus tersebut akan menyebabkan sel syaraf membentuk sebuah koneksi baru untuk menyimpan informasi. Sel-sel yang terpakai untuk menyimpan informasi akan mengembang, sedangkan yang jarang atau tidak terpakai akan musnah. Di sinilah pentingnya suatu stimulasi yang rutin diberikan. Stimulasi yang terus-menerus diberikan secara rutin akan memperkuat hubungan antarsyaraf yang telah terbentuk sehingga secara otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik.  

 "Berbicara mengenai peran orangtua, memang multifungsi, tidak ada sekolah atau universitas untuk orangtua. Karena itu, sebaiknya orangtua harus sadar bahwa mereka harus proaktif, kritis menggali kemampuan. Smart Parents itu Smart Kids, semakin cerdas orangtua maka semakin bisa mempraktikkan kepada anaknya. Orangtua yang cerdas, anak juga cerdas.

 Stimulasi yang diberikan sejak dini juga akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Stimulasi dini yang dimulai sejak dini sampai anak usia 2-3 tahun akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam ukuran serta fungsi kimiawi otak. Berikut ini beberapa tentang stimulasi dini pada balita:

1.Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat dipakai meliputi dengar, lihat, dan tiru/coba

2.Bagian yang distimulasi adalah otak kanan-kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi- bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas

3.Cara melakukan stimulasi adalah dengan memberikan rangsangan berupa suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, merangkai, dll.

4.Waktu melakukan stimulasi adalah setiap kali orang tua berinteraksi dengan anak (menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV, dsb).


USIA EMAS Bagian 2

 Para akademisi dan ahli psikologi sepakat bahwa masa pertumbuhan anak usia 0-5 tahun sering disebut dengan masa emas (golden age). Karena masa ini merupakan masa gemilang yang mencakup ruang intelektual, emosi, spiritual, dan motorik anak. Dan perkembanhan intelegensi anak mencapai 50% berlangsung pada usia 1-4 tahun, dan mencapai 80% pada usia 8 tahun hingga mencapai 100% terjadi pada usia 18 tahun.

Anak yang dilahirkan masih polos sehingga dapat diibaratkan seperti kertas yang masih putih bersih, dan masih sangat mudah untuk menerima dan merekam pengaruh dari lingkungan di luar dirinya. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan di mana anak tersebut tinggal akan sangat mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Sehingga golden age merupakan masa di mana anak perlu mendapakan stimulasi untuk membentuk dasar atau pondasi bagi perkembangan dan pembentukan struktur otak yang paling pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan daya serap anak yang sangat cepat dan baik terhadap setiap rangsangan yang diterima, anak dengan mudah merekamnya.

Fase golden age ini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan otak anak yang paling penting. Pada masa ini, otak mengalami proses tumbuh kembang yang cepat dan kritis. Kebutuhan nutrisi juga sangat diperlukan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia ini. Karena gizi dan stimulus atau rangsangan adalah hal terpenting dalam perkembangan otak anak. Untuk itu hal pertama yang perlu untuk dilakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi anak. Pemberian stimulus, baik stimulus yang bersifat motorik maupun psikis. Sehingga diperlukan suatu pola asuh yang tepat untuk membentuk pola pikir, emosi dan kepribadian anak seperti menjadi orang tua yang dapat dijadikan teladan bagi anak, memberikan pendampingan pada anak saat menyaksikan tayangan televise, dan memberikan fasilitas belajar atau bacaan yang mendidik, agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahap kehidupan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak akan mengalami berbagai perkembangan yang terjadi di dalam hidupnya.

Anak akan mengalami perkembangan fisik, perkembangan fisik anak secara langsung akan menentukan ketrampilan anak dalam bergerak, sementara secara tidak langsung, perkembangan fisik anak akan mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain. Perkembangan motorik anak mencakup motorik kasar (gross motor skills) dan motorik halus (fine motor skills). Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh seperti melompat, meloncat dan berlari. Sementara perkembangan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik dan membutuhkan ketrampilan, seperti menulis, melipat, merangkai, menggunting, mengancing baju.

Kognitif anak juga mulai berkembang, perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir. Setiap anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama. Perkembangan kognitif ini meliputi empat tahapan. Pertama, tahap sensori motorik pada usia 0-2 tahun, di mana intelegensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimuli sensorik. Kedua, tahap pra operasional pada usia 2-7 tahun, yang dimulai denngan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolik, imitasi serta bayangan dalam mental dan bersifat egosentris. Ketiga, tahap konkret operasional pada usia 7-11 tahun, cara berfikir anak kurang egosentris, aspek dinamis dalam perubahan situasi sudah diperhatikan, analisis logis dalam situasi konkret. Keempat, tahap formal operasional pada usia 11 tahun ke atas, yang ditandai oleh berfikir operasional formal dan mempunyai dua sifat penting, yaitu deduktif hipotesis dan kombinatoris. Adapun kemampuan kognitif yang dapat dikuasai anak usia 3-4 tahun meliputi kemampuan berpikir logis, kritis, memberi alasan, belajar memecahkan masalahnya sendiri, dan menemukah hubungan sebab akibat.

Perkembangan selanjutnya adalah perkembangan bahasa, kebanyakan anak memulai perkembangan bahasanya dengan menangis untuk mengekspresikan reaksinya terhadap bermacam-macam stimulus. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu kata seperti mama, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak, maka perkembangan bahasapun berperan sebagai ungakapan pikiran anak.


Perkembangan moral dan nilai-nilai agama adalah perkembangan selanjutnya. Berkaitan dengan perkembangan moral, terutama anak usia 2-8 tahun, penalaran moral masih dikendalikan oleh factor-faktor yang berpengaruh di luar diri anak, seperti adanya pemberian hadiah dan sangsi yang diterima oleh sang anak (reward and punishment). Anak-anak masih mudah untuk dibentuk, ia akan menurut apabila kita perintahkan sesuatu, apa yang dianggap benar oleh anak adalah apa yang dirasakannya benar dan dapat menghasilkan hadiah. Untuk anak usia 9-13 tahun, anak akan mentaati standar-standar tertentu, seperti menghargai kebenaran, kepedulian dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar orang lain seperti orang tua, atau aturan-aturan masyarakat. Pada usia 13 tahun, ke atas, anak mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan kode moral pribadi. Pada masa ini diharapkan anak sudah dapat membentuk keyakinan sendiri, dapat menerima bahwa orang lain mempunyai keyakinan yang berbeda dengannya dan ia tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Mengenal Golden Age pada Anak usia Dini Rating: 5 Reviewed By: Unknown